• Jumat, 21 Maret 2014

      Umat Islam mesti memboikot haji dan umrah



      MERDEKA.COM. Penguasa Arab Saudi jumawa. Kritikan dan kecaman, termasuk pelbagai petisi di Internet, tidak mampu menggaet sokongan dari kaum muslim sejagat. Alhasil, proyek pembangunan di Makkah dan Madinah terus berlangsung.

      Sayangnya, proyek-proyek itu telah menjadikan Makkah seperti Manhattan dan Las Vegas di Amerika Serikat. Banyak tempat-tempat bersejarah peninggalan Rasulullah dan para sahabatnya musnah. Sejarawan Makkah dan Madinah Dr. Irfan al-Alawi memperkirakan sekitar 4.500 situs Islam bersejarah di dua kota suci itu sudah lenyap.

      Pemerintah Saudi memiliki dua alasan buat terus menggenjot pembangunan di Makkah dan Madinah. Pertama, untuk keamanan dan kenyamanan jamaah jumlahnya sekitar 12 juta saban tahun. Kedua, tempat-tempat bersejarah itu mesti dilenyapkan dengan alasan musyrik dan bidah.

      Menurut Alawi, ada satu cara buat menekan Saudi agar mau menghentikan kejahatan itu, yakni umat Islam harus berhenti sementara melaksanakan haji dan umrah.

      Berikut penuturan Irfan al-Alawi saat dihubungi Faisal Assegafdari merdeka.com melalui telepon selulernya dua pekan lalu.

      Apa yang mesti dilakukan umat Islam agar Saudi mau menghentikan proyek pemusnahan tempat bersejarah di Makkah dan Madinah?

      Ada lebih dari semiliar kaum muslim di dunia, tapi kenapa mereka takut berbicara menentang Saudi atas kebijakan pemusnahan situs-situs Islam bersejarah? Salah satu cara buat menekan Saudi adalah umat Islam sejagat harus berhenti melaksanakan haji sementara. Karena Saudi tidak bisa mengandalkan pemasukan hanya dari minyak karena minyak telah dikuasai Barat.

      Saudi sadar pemasukan dari jamaah haji dan umrah saban tahun begitu besar. Kita mesti berhenti melaksanakan haji dan umrah sampai mereka berhenti menghancurkan situs-situs bersejarah di Makkah dan Madinah. Sayangnya, umat Islam tidak berani berkorban untuk ini. Kita harus berkorban sesuatu untuk mendapatkan sesuatu. Saya takut kita tidak berani memboikot haji dan umrah.

      Berapa dana dikeluarkan Saudi buat membungkam negara-negara muslim atas isu ini?

      Tiap tahun mereka menggelontorkan dana 30 juta riyal saban tahun buat membayar ulama-ulama Wahabi buat berceramah, terutama di bulan Ramadan. Mereka juga menerbitkan buku dalam berbagai bahasa soal ajaran Wahabi dalam pelaksanaan haji dan umrah. Buku-buku ini dibagikan gratis kepada para jamaah di bandar udara sehingga mereka mengikuti ajaran Wahabi dalam beribadah.

      Tentu saja banyak fulus telah dikeluarkan tanpa diketahui jumlahnya di negara-negara lain untuk membangun masjid Wahabi, seperti di Indonesia, Malaysia, Pakistan, India, Inggris, dan Amerika Serikat. Karena itulah kita menjadi dapat dipengaruhi oleh mereka.

      Jika kita membiarkan mereka membangun masjid di negara kita, kita tidak akan bisa melaksanakan ajaran kita (ahlu sunnah wal jamaah) karena bakal disebut bidah dan syirik.

      Apakah isu perusakan Makkah dan Madinah oleh Saudi ini pernah Anda sampaikan dalam pertemuan OKI?

      Kami telah membawa masalah ini dalam konferensi OKI, kami telah berbicara dengan Sekretaris Jenderal OKI Ekmeleddin Ihsanoglu, kami telah menyampaikan isu pemusnahan tempat-tempat bersejarah di Makkah dan Madinah ini ke PBB di jenewa. Namun jawaban kami terima dari mereka adalah hanya Arab Saudi berwenang mengajukan isu itu.

      Ironisnya, pemerintah Saudi lebih mengutamakan memelihara semua peninggalan Raja Abdul Aziz disimpan dalam museum Raja Abdul Aziz. Namun jika kita melihat museum di Makkah dan Madinah, kita tidak akan lagi menemuka peninggalan semasa Rasulullah dan sahabatnya masih hidup.

      Bagaimana reaksi dari Kerajaan Yordania karena leluhur mereka adalah penguasa Makkah?

      Tentu saja Kerajaan Bani Hasyim itu sangat prihatin dengan kampanye perusakan Makkah dan Madinah. Sebab buyut mereka, sebelum Kerajaan Saudi berdiri, merupakan penguasa Makkah. Mereka ingin mengembalikan kejayaan Kerajaan Bani Hasyim di sana. Namun Yordania cuma negara kecil. Mereka perlu sokongan dari negara-negara lain untuk menghentikan hal itu.

      Kita harus meyakinkan kaum muslim di seluruh dunia gara tidak terpengaruh oleh sogokan dari Saudi.

      Terkait isu penghancuran tempat-tempat bersejarah, apakah ada gerakan rahasia buat menumbangkan rezim Bani Saud?

      Tidak ada gerakan semacam itu untuk menumbangkan rezim di Saudi. Di Arab Saudi tingkat pengangguran mencapai 70 persen dan ini sangat berbahaya. Banyak kaum muda di sana menjadi pecandu narkotik. Peredaran narkotik di Makah, Madinah, dan Jeddah sangat tinggi. Saya pikir umat Islam di seluruh dunia tidak mengetahui hal ini. Masalah itu muncul lantaran mereka menganggur sehingga tidak bisa menikah lantaran tak memiliki pekerjaan.

      Saya pikir Musim Semi Arab akhirnya bakal bergerak ke Arab Saudi.Akan ada masalah dalam pembangunan jika keluarga kerajaan tidak menghentikan pengeluaran gila-gilaan buat kenyamanan mereka. Sebagai contoh, Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Amir Salman bin Sultan menghabiskan 18 juta pound sterling buat berlibur dengan menyewa tiga pulau di Maladewa.

      Itu adalah uang negara bukan fulus putera mahkota. Padahal saudara-saudara kita di Suriah, Mesir, Libya, Indonesia banyak kelarapan. Kenapa kita terus diam melihat para penguasa Saudi senang menghamburkan duit. Padahal duit itu juga berasal dari uang jamaah haji dan umrah.

      Apakah ada upaya dari negara-negara muslim untuk menjadikan Makkah dan Madinah di bawah kontrol muslim internasional?

      Memang ada pengaruh dari Zionis dan Amerika Serikat. Di Makkah Anda bisa menyaksikan butik-butik bermerek kelas dunia. Bahkan, orang-orang non-muslim boleh menginjakkan kaki mereka di Makkah dan Madinah. Mereka boleh memiliki properti di sana selama 30 tahun. beberapa bulan lalu ada rombongan non-muslim masuk ke Madinah buat meninjau pembangunan kompleks perumahan baru di kota suci itu.

      Bisakah Anda jelaskan, sejak kapan Saudi membiarkan non-muslim masuk ke dua kota suci itu. Padahal dalam Alquran, mereka diharamkan memasuki Makkah dan Madinah?

      Ini bukan hal baru. Jika kita menengok ke belakang, kaum non-muslim sudah memasuki Makkah dan Madinah sejak Arab Saudi berdiri pada 1900-an. Banyak dari orang non-muslim datangke Makkah untuk berinvestasi, tapi banyak pula yang datang sebagai mata-mata.

      Sebagai contoh ada menteri dari Belanda terkenal anti-Islam kemudian tiba-tiba dia masuk Islam. Dia lantas diundang sebagai tamu kehormatan untuk berumrah ke Makkah dan Madinah. Bagaimana kita bisa memastikan mereka benar-benar masuk Islam. Bagaimana mungkin mereka tadinya anti-Islam kemudian menjadi muslim dan tiba-tiba melaksanakan haji atau umrah. Kita harus berhati-hati dengan masalah ini.

      Ini menunjukkan pemerintah Saudi bodoh dan imigrasi mereka gagal karena membiarkan non-muslim memasuki Makkah dan Madinah. Saudi kerap menuding orang-orang Islam melaksanakan haji atau umrah dengan ritual tidak sama dengan ajaran Wahabi sebagai syirik dan bidah. Tapi mereka lupa telah membiarkan non-muslim masuk ke dua kota suci itu. Ini diharamkan.

      Apakah pasukan Amerika bertugas di Saudi juga bebas memasuki Makkah dan Madinah?

      Tentu saja, ini bukan berita baru. Paling terkenal adalah ketika pasukan Amerika membantu pembebsan Masjid Al-Haram dari penguasaan teroris selama tiga hari pada 1979.

      Minggu, 11 November 2012

      Saudi Bakal Hancurkan Makam Nabi dan Sahabat

      Makam Rosululloh

      Jakarta, NU Online
      Pemerintah Saudi Arabia berencana menghancurkan situs penting Islam meliputi masjid Nabawi di Kota Madinah dan beberapa situs penting lainnya.

      Rezim Al Saud yang menguasai pemerintahan di Arab Saudi berencana menghancurkan tiga masjid tertua di dunia dalam ekspansi multi miliar pound, dalam sebuah laporan yang dikutip Fars News, Ahad (28/10/2012).

      Masjid Nabawi di Madinah, di mana Rasullulah Muhammad dimakamkan, akan dihancurkan bulan depan usai musim haji tahun ini. Rencananya, pembangunan itu akan mengubah masjid Nabawi menjadi gedung terbesar di dunia, dengan kapasitas 1,6 juta orang.

      Rencana Saudi untuk meruntuhkan situs sejarah Islam yang paling dihormati oleh muslimin di dunia itu tentu saja amat mengejutkan.

      Menurut rencana, sebagian besar perluasan Masjid Nabawi akan diperlebar sisi Barat masjid, yang di sana berada makam pendiri Islam dan dua khalifah pertama Islam Abu Bakar dan Umar.

      Menurut Kementerian Urusan Islam Saudi Arabia yang menerbitkan sebuah pamflet tahun 2007 silam dan disusun oleh Mufti Besar Arab Saudi, Abdulaziz al-Sheikh, bahwa penghancuran kubah masjid dan meratakan makam Nabi Muhammad, Abu Bakar dan Umar berdasarkan fatwa Abdulaziz al-Sheikh.

      Dr Irfan al-Alawi dari Yayasan Riset Warisan Islam (Islamic Heritage Research Foundation)mengatakan sudah 10 kegiatan tahunan terkait perusakan situs Islam di Arab Saudi.

      “Membisunya kaum Muslimin atas penghancuran Mekkah dan Madinah adalah bencana dan kemunafikan terbesar,” tegasnya.

      “Film tentang pelecehan Nabi Muhammad jadi protes di seluruh dunia, tapi penghancuran tempat kelahiran Nabi, dimana Rasulullah Saw berdoa dan mendirikan Islam justru dibiarkan hancur tanpa kritik apa pun,” pungkasnya.


      Redaktur: Mukafi Niam
      Sumber : lensaindonesia.com

      Maqam Rosululloh akan di Bongkar ???

      Makam Rosululloh
      Jakarta, NU Online
      Terkait isu pembongkaran makam Rasulullah sebagai proyek pemekaran Masjid Nabawi di Madinah, masyarakat Islam dunia menjadi resah. Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam terbesar di negeri berpenduduk muslim terbesar mendorong internasionalisasi aset Islam di Tanah Haram.

      “Kami mengusulkan agar aset Islam ini dikelola oleh umat Islam internasional,” kata KH Masdar Farid Masu‘di, Rais Syuriah PBNU kepada NU Online di ruang Syuriah PBNU lantai empat Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (10/9) sore.

      Aset Islam yang ada di dua tanah suci, Mekah dan Madinah mesti dikembalikan ke tangan umat Islam. Segala peninggalan Islam bukanlah milik pemerintahan Arab Saudi. Pemerintahan Arab tidak memiliki otoritas untuk memugar atau melenyapkan aset Islam meski aset itu berada di dalam peta geografi mereka, tambahnya.

      Pengelolanya bisa berbentuk panitia khusus yang mewakili umat Islam di tiap negara. Mungkin juga bisa diserahkan kepada OKI dengan pembuatan kesepakatan khusus dalam melestarikan aset tersebut, imbuhnya.

      Kepemilikan aset Islam menjadi tanggung jawab umat Islam sedunia. Pemerintah Arab Saudi, menurutnya, tidak bisa mengklaim kepemilikan aset tersebut. Karena, “aset berupa peninggalan-peninggalan itu sudah hadir lebih dahulu dibanding kehadiran Kerajaan Arab Saudi,” tegas Kiai Masdar.

      Pemeliharaan aset Islam menjadi persoalan serius. Karena, masalah ini menyangkut kepentingan umat Islam, tetapi juga umat manusia sedunia. Selain mereka yang hidup sekarang, manusia yang hidup kemudian pun berkepentingan terhadap aset itu, tutupnya.

      Redaktur : A. Khoirul Anam
      Penulis : Alhafiz Kurniawan

      Minggu, 07 Oktober 2012

      Seandainya Mau, Gus Dur bisa Tetap jadi Presiden



      Jakarta, NU Online
      Jika kita menonton TV, membaca koran, situs berita atau informasi berita lainnya, rasanya tiada hari tanpa pemberitaan pejabat yang sedang terkena kasus korupsi. Untuk meraih jabatan, seseorang harus mengeluarkan uang untuk membeli dukungan, ketika berkuasa sibuk mengumpulkan uang agar balik modal dan ketika terkena kasus pun harus habis-habisan mengeluarkan uangnya untuk mengamankan diri agar tidak masuk bui.

      Demikianlah kondisi negeri tercinta ini, semuanya sudah silang sekarut, tak tahu mana ujung dan pangkal untuk menyelesaikan masalah ini. Siapa orang yang sebenarnya bersih dan siapa yang menggunakan topeng kepalsuan, susah sekali membedakan.

      Gus Dur bisa menjadi teladan bagaimana ia tak mau takluk oleh bujukan untuk mempertahankan kekuasaannya sebagai presiden dengan segala cara.

      Masa bulan madu Gus Dur sebagai presiden tak berlangsung lama. Setelah itu, pelan tapi pasti, ia dirongrong dan dicari-cari kesalahannya, termasuk kelompok yang pada awalnya mendukung pencalonannya. Sampai pada titik tertentu, direncanakanlah sidang istimewa MPR untuk menjatuhkannya.

      Disinilah awal mula cerita. Salah satu mantan anggota DPR RI yang tidak mau disebut namanya menuturkan, sebenarnya, Gus Dur bisa saja mempertahankan diri dari jabatannya sebagai presiden. Lalu bagaimana caranya.

      Saat itu ada pihak yang menawarkan strategi agar sidang MPR tidak mengalami quorum, yaitu dengan memberi “stimulus” kepada sejumlah anggota MPR agar tidak datang ke persidangan. Dihitung-hitung, jumlahnya sudah cukup untuk membatalkan sidang istimewa tersebut. Stimulus yang diperlukan juga sudah ada yang menanggung dengan jumlah yang cukup.

      Lalu, rencana tersebut disampaikan kepada Gus Dur, tetapi ia menolaknya.

      “Gus Dur tidak mau kompromi dengan kelompok yang dianggap salah, kalau mau menerima berarti ada kompromi,” katanya sambil mewanti-wanti agar namanya tidak disebut.

      Akhirnya, pelaksanaan Sidang Istimewa MPR pun berlangsung mulus dan Gus Dur lengser dari jabatannya sebagai presiden dengan gagah karena baginya, jabatan adalah sebuah amanah.

      Atau jangan-jangan ia sebenarnya sudah tahu bahwa dirinya hanya ditugaskan untuk mengantarkan Indonesia dari masa peralihan yang penuh risiko. Ketika mau jadi presiden, ia banyak bercerita tentang rencananya akan jadi presiden, tetapi ketika mau lengser, tak ada cerita apapun yang disampaikan. Tapi jika kita menengok fenomena Arab Spring di Timur Tengah yang bergejolak dan menimbulkan banyak korban, Indonesia patut bersyukur. Disana, untuk mempertahankan kekuasaan, seorang presiden rela mengorbankan ribuan nyawa. Satu kelompok juga tidak mau berkompromi dengan yang lain untuk kepentingan bersama dengan memaksamakn kehendaknya sehingga rakyat kebanyakan menderita.

      Entah sampai kapan kondisi tersebut berakhir. Gus Dur telah menyelesaikan tugasnya mengawal masa transisi Indonesia yang sangat rawan dengan baik, wallahu a’lam.



      Penulis: Mukafi Niam

      Gus Dur Dimata Cak Nun



      Adalah budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) yang mengibaratkan mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai sosok yang bukan “cassing” (wadah/tempat menyimpan perangkat HP atau handphone). “Gus Dur itu bukan `cassing`, tapi HP (telepon seluler), karena itu beliau tidak perlu pencitraan, sehingga beliau tidak merasa perlu berpakaian `necis` (tampilan rapi atau terpelajar),” ucapnya. Ketika hadir bersama kelompoknya dalam peringatan tujuh hari wafatnya Gus Dur di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Selasa (5/1), ia mengungkapkan Gus Dur tidak pernah membedakan siapa pun. “Siapa pun yang mengundang beliau, beliau pasti datang, apakah pengundang itu pejabat atau orang biasa yang hidupnya di gunung-gunung,” ujar suami artis Novia Kolopaking itu. Bahkan, tuturnya, jabatan bagi Gus Dur juga bukan sesuatu yang sangat luar biasa, sehingga saat dimakzulkan pun dia tetap tidak merasakan kehilangan apa pun. “Karena itu, beliau keluar dari Istana Negara dengan mengenakan celana kolor. Itu menunjukkan bahwa kekuasaan atau jabatan baginya bukan apa-apa,” ujarnya. Cak Nun yang “direktur” dari kelompok musik “Kiai Kanjeng” itu memaparkan dirinya bersama sang istri sempat menemui Gus Dur di Istana Negara saat detik-detik terakhir hendak dimakzulkan. “Saya tanya, Gus, Sampean (Anda) itu bagaimana, dimakzulkan kok guyon (berkelakar) terus. Apa jawab Gus Dur?. Beliau menjawab dengan enteng, biasa-lah, namanya teplek (main judi) itu ya ada kalah, ada menang,” tukasnya, tersenyum mengenang. Dalam kesederhanaan itu, kata budayawan yang dekat dengan Gus Dur itu, selepas dari kursi kepresidenan, Gus Dur tetap berkeliling untuk menyampaikan pemikirannya kepada masyarakat di seantero nusantara dan bahkan lintas negara. “Karena itu, Gus Dur nggak memerlukan gelar pahlawan, bahkan saya yakin keluarga juga tidak memerlukan itu, apalagi kalau harus mengemis segala. Itu semua karena Gus Dur memang bukan `cassing` yang memerlukan pencitraan, melainkan Gus Dur adalah HP yang justru punya sinyal kemana-mana,” ujarnya.
      Sumber:
      http://www.nu.or.id

      Rekonsiliasi NU-PKI Sudah Lama Terjadi




      Desakan sejumlah kelompok agar NU mau melakukan rekonsiliasi dengan mantan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan keturunannya dinilai tidak relevan. NU selama ini tidak menyimpan dendam dan usaha rekonsiliasi sudah dipraktikan kiai-kiai NU sejak dulu dengan penuh kesadaran.

      Demikian pandangan sejarawan NU Agus Sunyoto di sela acara Tahlil dan Doa Bersama untuk Para Kiai dan Santri Korban Kekejaman PKI Tahun 1948-1965 di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (1/10) malam. Turut berbicara dalam forum ini, Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali dan sejumlah aktivis senior NU, seperti Khalid Mawardi, Baidlawi Adnan, dan Abdullah Syarwani.

      Agus menyatakan, fakta itu bisa ditelusuri setelah maraknya janda-janda dan anak-anak yatim dari keluarga PKI akibat Operasi Trisula di Blitar, Jawa Timur. Kiai-kiai NU secara bijak mengambil anak tanpa ayah itu untuk dipesantrenkan, disekolahkan, dan dibesarkan.

      “Anak-anak inilah yang akhirnya, karena walinya atas nama kiai-kiai tadi, ya mereka bisa jadi pegawai negeri, di departemen agama, di mana-mana,” imbuhnya.

      Rekonsiliasi, demikian Agus, juga bisa ditemukan di Desa Trisulo, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, yang saat itu seratus persen warganya anggota PKI. Karena trauma, penduduknya tak menerima ormas apapun masuk ke desa itu. Namun, KH Ishom Hadziq justru berhasil mengikat persaudaraan dengan membentuk ranting NU Trisulo dan ranting Ansor Trisulo pada tahun 1997.

      Penulis buku Banser Berjihad Menumpas PKI ini merasa janggal ketika sejumlah media mendorong rekonsiliasi, sebuah ajakan yang sebetulnya sudah dilakukan sejak lama. “Itu fakta. Jadi nggak usah ngomong rekonsiliasi. Yang dilakukan para kiai sudah seperti itu,” tegasnya.

      Agus menduga ada kepentingan pihak ketiga yang sedang menunggangi tuntutan ini, termasuk upaya pembelokkan sejarah kekejaman PKI. “Kalau ada yang seperti ini mereka (keluarga PKI, red.) pasti ketakutan. Karena setting ini pasti bukan keinginan dari anak-anak PKI itu. Pasti ada pihak lain.”

      Presiden Filipina Sepakat Akhiri Pemberontakan Muslim



      Filipina (AFP/ANTARA) - Presiden Filipina, Benigno Aquino, pada Minggu mengumumkan sebuah kesepakatan yang telah dicapai dengan pemberontak separatis Muslim untuk mengakhiri pemberontakan selama beberapa dekade yang telah menewaskan lebih dari 150.000 orang tewas.

      “Perjanjian kerangka kerja ini membuka jalan bagi sebuah akhir dan perdamaian yang abadi di Mindanao,” kata Aquino, merujuk pada sepertiga bagian selatan Filipina yang dianggap oleh Front Pembebasan Islam Moro (MILF) sebagai tanah air leluhur mereka.

      “Ini membawa semua mantan kelompok separatis terkurung. Tidak ada lagi cita-cita bagi Front Pembebasan Islam Moro untuk menjadikan sebuah negara yang terpisah.”

      Aquino mengatakan bahwa kesepakatan itu membuka jalan bagi pembentukan sebuah wilayah Muslim baru yang semi otonom di bagian Mindanao, yang merupakan salah satu dari daerah yang paling kaya akan sumber daya dan subur.

      Namun pemerintah nasional akan mempertahankan kontrol atas pertahanan dan kemanan, serta kebijakan luar negeri dan moneter.

      Aquino mengatakan bahwa kesepakatan yang dicapai setelah melalui banyak putaran perundingan damai di Malaysia, harus diratifikasi oleh masyarakat Filipina melalui sebuah pemungutan suara.

      Aquino tidak memberikan jangka waktu kapan perdamaian akhir dengan MILF yang beranggotakan 12.000 personel akan dicapai, meski para pembantunya sebelumnya mengatakan bahwa kesepakatan tersebut ditujukan sebelum presiden mengakhiri masa jabatannya pada pertengahan 2016.

      Ada sekitar empat juta Muslim di Mindanao, yang mereka anggap sebagai tanah leluhur mereka dari kesultanan Islam di masa lampau yang didirikan sebelum Kristen Spanyol tiba pada tahun 1500-an.

      MILF dan kelompok pemberontak Muslim lainnya telah berjuang untuk kemerdekaan atau otonomi di Mindanao sejak awal 1970-an.

      Pemberontakan itu menewaskan lebih dari 150.000 jiwa, yang sebagian besar terjadi pada 1970-an saat perang habis-habisan berkecamuk, dan meninggalkan sebagian besar Mindanao dalam kemiskinan yang cukup memprihatinkan.

      MILF adalah kelompok pemberontak sayap kiri terbesar dan paling berpengaruh, setelah Front Pembebasan Nasional Moro menandatangani pakta perdamaian dengan pemerintah pada 1996. (kn/ml)

      NU Jerman Desak SBY Rombak Polri Besar-besaran & Tuntut Kapolri Lengser


      Nurul Hidayati - detikNews

      Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda
      Demo pro KPK di Bundaran HI (7/10)
      Jakarta Insiden Jumat (5/10) malam di KPK tak cuma memprihatinkan kalangan antikorupsi di Tanah Air. Masyarakat Indonesia yang tengah berada di luar negeri juga mengecam insiden yang menambah panjang kasus cicak vs buaya itu.

      Di antara mereka yang memberi perhatian adalah kaum nahdliyin di Jerman. Dalam siaran pers yang disampaikan Ketua Tanfidz PCI NU Jerman kepada detikcom, Minggu (7/10/2012), lembaga tersebut berpendapat telah terlihat kecenderungan penyerangan, baik secara tertutup maupun terbuka yang dilakukan oleh Polri.

      Terhadap hal itu, PCI NU Jerman menyampaikan empat hal:

      1. Mendesak kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersikap tegas dan proaktif untuk menghentikan arogansi Polri yang berada di bawah perintahnya. Sekaligus melakukan perombakan besar-besaran di dalam tubuh Polri.

      2. Menuntut Kapolri Jenderal Timur Pradopo mundur dari jabatannya karena baik diketahui atau tidak, melakukan pembiaran atas intervensi Polri terhadap tugas-tugas KPK. Juga tidak turut mendukung dengan baik dengan menarik penyidik-penyidik Polri di KPK pada saat mereka sedang melakukan pemeriksaan terhadap salah satu petinggi Polri.

      3. Mendesak kepada para anggota DPR RI, tokoh politik dan ormas nasional agar memberikan dukungan penuh kepada KPK agar bebas dari intervensi dan arogansi Polri.

      4. Mengimbau kepada kekuatan masyarakat sipil dan kelompok-kelompok prodemokrasi agar selalu menjalin sinergisitas dalam memantau, mengawal dan mengkritisi secara khusus atas kasus-kasus yang ditangani KPK sekaligus memberikan dukungan secara berlanjut atas usaha dan upaya yang dilakukan oleh KPK.

      "Secara umum, terus mendesak kepada Presiden dalam melakukan restrukturisasi di dalam tubuh Polri," dorong PCI NU Jerman.

      Rabu, 11 Mei 2011

      NII Merebak, Ortu Larang Siswa Ikut Rohis/Pengajian

      Rabu, 11 Mei 2011 16:48 WIB

      REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Merebaknya NII di sekolah maupun kampus menyebabkan banyak siswa takut ikut kegiatan keagamaan. Bahkan orangtua pun meminta anak-anaknya untuk tidak mengikuti kegiatan semacam pengajian.

      Hal ini dikatakan Ketua Umum NII Crisis Center, Sukanto. Ia menambahkan, akibat NII imej Islam di mata masyarakat menjadi rusak. "Islam menjadi jelek," katanya dalam seminar "Strategi Membersihkan Kampus dari Virus NII", Rabu (12/5).

      Oleh karena itu perlu adanya pemahaman yang benar bagi mahasiswa dan masyarakat mengenai NII agar tidak salah kaprah. NII Crisis Center, lanjutnya, menjadi tempat bagi orang-orang untuk mendapatkan informasi mengenai NII. Mereka juga membantu mencerahkan mantan anggota NII agar tidak lagi kembali ke 'negara' tersebut.

      Banyak dari mantan anggota NII yang tidak tercerahkan setelah mereka keluar. Hal ini menyebabkan mereka menjadi tidak labil dan merasa menjadi kafir lalu akhirnya kembali menjadi anggota NII. Ada pula yang tidak mempercayai lagi lembaga keagamaan sehingga menjadikan mereka apatis terhadap agama. "Mereka masih mempercayai keberadaan Tuhan, namun tidak mau menganut agama apapun," tambahnya.

      Ada orang yang keluar dari NII namun masih memegang ideologi NII. Hal ini, kata dia, bisa dilihat dari cara mereka menanggapi kehadiran NII. Mereka yang masih memiliki ideologi NII di kepala mereka tidak akan melarang penyebaran dan perekrutan NII. Mereka juga tidak akan menyosialisasikan antisipasi perekrutan NII.

      Ada Tuduhan Baru Terhadap Panji Gumilang

      REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI), Senin (9/5), di Bandung, membeberkan 300 lembar kertas yang dinyatakan sebagai dokumen keterlibatan pimpinan pondok pesantren Al Zaytun Panji Gumilang dengan gerakan Negara Islam Indonesia (NII) KW IX.

      "Menurut saya, dokumennya sudah sangat memadai, karena struktur pemerintahan negara gadungan ini jelas, seperti peta, aparat dan lokasi warga negaranya," kata Ketua FUUI KH Athian Ali Da`i, kepada para wartawan, di Masjid Al Fajr, Jalan Cijagra, Kota Bandung.

      Ia mengatakan, beberapa tahun lalu FUUI pernah menyerahkan dokumen tersebut kepada Polda, Kodam, Kepala Kejaksaan Tinggi dan Jaksa Agung. "Akan tetapi belum ada tindak lanjutnya," kata Athian.

      Dalam dokumen yang ditulis pada 2001 itu disebutkan struktur organisasi NII gadungan mulai dari tingkat presiden hingga desa.

      Di dalam dokumen tersebut, dijelaskan identitas para pimpinan Komandan I NII KW IX atau Syaykh Mahad Al Zaytun alias Abu Toto alias Abdus Salam alias Totot Salam Alias Syamsyul Alam alias Abu Bakar Alias Prowoto alias Abu Maariq alias AS Panji Gumilang.

      Selain itu, dokumen tersebut juga mencatat pusat pelatihan tentara NII (Tentara Islam Indonesia/TII) di Cianjur Selatan, konflik internal antara Panji Gumilang dengan perwira militer NII KW IX hingga peta wilayah negara NII.

      Ia mengatakan, dokumen tersebut dilatarbelakangi pengaduan masyarakat tentang kasus-kasus yang disebabkan NII KW IX dan kemudian FUUI membentuk Tim Investigasi Aliran Sesan (TIAS) pada April 2001.

      "Jadi pada akhir 2001 hasil investigasi TIAS membuktikan keterlibatan Panji Gumilang dan Mahad Al Zaytun. Ini didokumentasikan dalam dokumen setebal lebih dari 300 halaman," kata Athian.

      Subscribe To RSS

      Sign up to receive latest news